Liputan6.com, Jakarta - Koalisi antara PDIP, Partai Nasdem, PKB, dan Partai Hanura mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pasangan capres dan presiden pada Pilpres 2014. Tapi Partai Golkar yang notabene partai asal Jusuf Kalla (JK) belum menentukan arah dukungan.
Sebagai mantan petinggi Partai Golkar, Ketua Umun Partai Nasdem Surya Paloh mengaku tidak tahu-menahu urusan partai berlambang pohon beringin itu. Dia menyerahkan seluruhnya pada Partai Golkar.
"Kalau Golkar, harus kamu tanya sama Partai Golkarlah," kata Paloh di kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/5/2014).
Meski begitu, Paloh sangat terbuka jika Golkar berubah pikiran dan bergabung mendukung pasangan Jokowi-JK. Nantinya, bisa jadi ajang kumpul sahabat lama dalam membangun bangsa.
"Harusnya tentunya para sahabat, para teman dapat bertemu dengan membangun kinerja agar kekuatan semakin solid," lanjutnya.
Kesatuan kekuatan dari partai-partai yang sudah memiliki pengalaman seperti Golkar tentu juga dibutuhkan. Mengingat tantangan bangsa depan juga tidaklah mudah.
"Nasdem siap bekerja sama dengan siapa saja. Agar semua lebih kuat dan solid serta dapat memberi harapan baru bagi masyarakat, karena tantangan bangsa ke depan begitu kompleks," tandas Surya Paloh.
Rapimnas Golkar ke-VI yang digelar Minggu 18 Mei, memutuskan 3 poin dalam menghadapi pertarungan Pilpres 9 Juli. Pertama, menetapkan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie sebagai capres atau cawapres Golkar.
Kedua, memberikan kewenangan dan mandat penuh kepada Ical sebagai ketua umum untuk mengambil kebijakan politik dan menentukan koalisi dalam Pilpres 2014. Ketiga, dengan keputusan ini maka keputusan pada rapimnas-rapimnas sebelumnya tidak berlaku lagi.
Sebelum Rapimnas, Golkar melalui Ical telah melakukan pendekatan politik kepada PDIP dan Partai Gerindra. Ical juga telah mendekati Partai Demokrat. Namun hingga kini belum juga menentukan arah koalisi. (Sss)
(Mevi Linawati) ;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar