Written by maryulismax | |||||||||||||||||||||||
Sunday, 07 September 2008 | |||||||||||||||||||||||
PRIA ganteng berbaju kuning gading itu hanya tersenyum-senyum.
Tangannya bersedekap di dada. Bukan kedinginan. Karena suhu ruangan di
Carano Room pada Minggu malam (7/9) terhitung adem. Pun cuaca di luar
cukup cerah tak ada hujan seperti malam-malam sebelumnya.
Dia bersedekap sembari melemparkan pandangan
ke segenap ruangan, lantaran lagi serius menyimak analisa politik ala H
ST Zaili Asril, Kepala Divre Riau Pos Grup (RPG) Padang soal Pemilu
2009. Dia bukanlah peserta diskusi, tapi justru pembicara kunci yang
ditunggu-tunggu olah kata dan olah pikirnya yang secara rutin mengisi
rubrik di halaman pertama harian Padang Ekspres setiap Senin.
Dialah Jeffrie Geovanie.
Pria yang belakangan kerap menjadi pembicaraan karena tampil beda dalam
mengiklankan diri sebagai salah satu calon legislatif yang akan maju ke
Senayan dari Partai Golkar untuk wilayah Sumbar. Tak ada kata-kata
diiklannya itu, setidaknya seperti kata magis “Hidup adalah Perbuatan”
milik mantan “induk semangnya” di Partai Amanat Nasional (PAN) yang
kini telah ditinggalnya pergi ke pokok batang beringin yang kini semakin
rindang.
Hanya kuning. Ya kuning..,
kuning Golkar, satu halaman penuh di beberapa media di Sumbar. Sedikit
terselip namanya di pojok bawah, “Jeffrie Geovanie”. Inilah iklan
kreatif yang tentu mengundang tanya dan jadi pembicaraan di mana-mana.
Beriklan,
di situlah kemenangan Jeffrie yang tentu saja orang akan tetap ingat
dengan namanya yang sedikit berbau kebarat-baratan walau sebenarnya dia
orang Minang tulen. Asal Kabupaten Limapuluh Kota di timur laut Sumatera
Barat.
Semua orang tentu ingat ketika dia akan maju di Pilkada sebagai calon gubernur Sumbar periode 2005-2010. Saat itu baliho “segede gaban” bertebaran di mana-mana. Sontak wajah gantengnya itu masuk ingatan warga Sumbar. Hasilnya, sebagai new comer dia
duduk di peringkat tiga bersama pasangannya Dasman Lanin yang diusung
Koalisi Sakato dari lima pasang kandidat yang bertarung di ajang
pemilihan langsung itu. Dia berada di bawah Gamawan Fauzi-Marlis Rahman
dan Irwan Prayitno-Ikasuma Hamid. Itu jelas buah dari kekreatifan itu.
Begitulah. Saat itu cara beriklannya jelas mendobrak gaya beriklan tokoh-tokoh lainnya. Digital printing
berukuran besar yang dipasang jauh hari sebelum dia memastikan kereta
yang akan mengusungnya di Pilkada. Sedangkan para pesaingnya cuma
mengandalkan spanduk kain yang masih terhitung konvensional ketika itu.
Akankah
kekreatifan itu kembali berbuah? Untuk sementara jelas sudah nampak
hasilnya. Seperti hasil survei yang dilansir Lembaga Survei Indonesia
(LSI) untuk periode Juni 2008, menempatkan Jeffrie sebagai tokoh yang
“paling diingat” konstituen untuk saat ini, mengalahkan tokoh-tokoh
politik Sumbar lainnya.
Namun pertempuran belum
lagi berlangsung. 9 April 2009 masih cukup lama. Tapi tenggat waktu
sekian bulan itu, jelas semakin menguntungkan suami Diana Singgih (anak
mantan Jaksa Agung Singgih) ini. Bisa jadi iklan-iklannya semakin
gencar, mengingat informasi terakhir dia masih tetap membidik kursi BA 1
yang akan ditinggalkan Gamawan pada 2010 mendatang, walau akhirnya
dibantah Jeffrie bahwa dia takkan maju lagi sebagai Cagub.
Tak beriklan pakai media pun, Jeffrie sebenarnya tetap punya keunggulan
untuk menjual diri secara verbal. Kemampuannya bercerita politik
sungguh runtut. Soal data pun kadang tak terlewatkan, dia bisa
mengingatnya di luar kepala. Seperti malam itu, dia bisa bicara runtut
tentang perjalanan Partai Golkar hingga sekarang dan hal-hal lain selama
4 jam lebih yang mengantarkan hari menunjukkan pukul 00.30 WIB Senin
dinihari. http://maryulismax.wordpress.com/2008/09/08/jeffrie-geovanie-jago-bangun-image/ Ya bisa jadi, masih panjang karir politis yang bisa dibidiknya di usia yang masih muda ini. Tapi Jeffrie tetap adalah sosok yang paham betul bagaimana beriklan yang baik dan benar. Karena dia merupakan salah satu pendiri Fox Indonesia bersama Rizal Malaranggeng yang dikenal sebagai lembaga yang cukup berhasil menjual figur seseorang melalui iklan-iklan. “Beriklan itu harus netral,” demikian kata kunci yang terlontar darinya tanpa ditanya dalam paparannya di depan forum diskusi Carano Room yang tak hanya diisi awak redaksi Posmetro, Padang Ekspres, Padang TV dan Padang-Today tapi juga tokoh-tokoh politik lintas partai seperti Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Hanura yang turut hadir bersama dirinya. |
Minggu, 04 Maret 2012
Suaro Hati - Jeffrie Geovanie, Jago Bangun Image
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar