In Politik, Sosial on June 26, 2012 at 4:44 PM

Leading issue yang dimunculkan misalnya adalah
koreksi terhadap keberadaan lembaga-lembaga ekstra konstitusional
seperti Aspri, Kopkamtib dan Laksus Kopkamtibda, dwifungsi ABRI, hak-hak
warganegara, demokratisasi. Lalu, koreksi terhadap perilaku ‘economic animal’ dari penanam modal Jepang di Indonesia dan praktek-praktek antikulturalnya. Serta kritik terhadap strategi pembangunan ‘trickle down effect’
yang menguatkan kolusi orang-orang dekat di sekitar Soeharto dengan
pengusaha-pengusaha non pri cina yang rasialis, kesan penyimpangan
bantuan luar negeri melalui IGGI yang dikorupsi dan hanya bermanfaat
bagi segelintir elite, RUU Perkawinan, skeptisisme terhadap kemampuan
Soeharto dan lain sebagainya.
Dengan sendirinya misi gerakan mahasiswa intra kampus Bandung pada waktu itu tidak diarahkan sebagai suatu gerakan populis yang memprovokasi massa, tetapi lebih diarahkan sebagai advokasi terhadap kepentingan masyarakat luas dengan sedapat mungkin mengeliminasi unsur-unsur dalam kekuasaan pemerintahan Orde Soeharto yang menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang disebutkan dalam leading issue itu. Kalau kemudian mahasiswa intra kampus di Jakarta melepaskan diri dari aksi semacam ini, bergerak ke arah provokasi terhadap masyarakat luas serta merangkul gerakan-gerakan demonstran ekstra kampus, tak pelak lagi terciptalah jarak yang sama dengan persepsi gerakan mahasiswa intra kampus Bandung pada gerakan-gerakan ekstra kampus pada umumnya.
Hatta Albanik*
AKSI-AKSI mahasiswa intra kampus Bandung pada umumnya lebih terfokus
pada issue-issue yang berkaitan dengan kepentingan makro, bangsa, negara
dan sangat menghindari issue-issue praktis, tendensius, berbau
pemerasan. Aksi-aksi mahasiswa intra kampus Bandung umumnya ditujukan
pada perbaikan nasib rakyat, kritik terhadap penyimpangan kebijakan
maupun pelaksanaannya dalam bidang politik, ekonomi, dwifungsi ABRI,
korupsi, kolusi dan nepotisme yang mulai menggejala dan lain sebagainya.
DEMONSTRAN
MAKASSAR BABAK BELUR DI TANGAN POLISI. “Sayang sekali bahwa perilaku
pimpinan-pimpinan puncak TNI dan Polri di tingkat pusat maupun daerah
lebih tampil sebagai pembawa kekuasaan yang memusuhi rakyat daripada
pembela rakyat dan pelindung negara serta bangsa dari ancaman
kekerasan”. (foto antara)
Dengan sendirinya misi gerakan mahasiswa intra kampus Bandung pada waktu itu tidak diarahkan sebagai suatu gerakan populis yang memprovokasi massa, tetapi lebih diarahkan sebagai advokasi terhadap kepentingan masyarakat luas dengan sedapat mungkin mengeliminasi unsur-unsur dalam kekuasaan pemerintahan Orde Soeharto yang menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang disebutkan dalam leading issue itu. Kalau kemudian mahasiswa intra kampus di Jakarta melepaskan diri dari aksi semacam ini, bergerak ke arah provokasi terhadap masyarakat luas serta merangkul gerakan-gerakan demonstran ekstra kampus, tak pelak lagi terciptalah jarak yang sama dengan persepsi gerakan mahasiswa intra kampus Bandung pada gerakan-gerakan ekstra kampus pada umumnya.