Minggu, 05 Februari 2012

Suaro Hati - Mr. Syafruddin Prawiranegara: Sosok Pejuang Penyalamat NKRI!


 REP | 09 November 2011
Dengan tidak bermaksud mengkultuskan seseorang manusia karena kiprahnya dalam perjuagan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,sebagaimana halnya tidak bermaksud pula untuk menyingkirkan peranan penting para bapak -ibu bangsa lainnya yang juga sangat berjasa dalam proses mewujudkan Indonesia merdeka dan berdaualat.Namun mereka itu masing-masingnya memiliki keunikan-keunikan yang tidak di miliki oleh yang lainnya,sebagaimana juga keunikan Mr.Syafruddin Prawiranegara itu.
Tokoh yang satu ini memang sangat unik dalam kancah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI),yang tidak dimiliki oleh para pendiri bangsa dan negara lainnya.Ia  lahir di Serang,Propinsi banten tanggal 28 Februari 1911 dan wafat tanggal 15 Februari 1989 di Jakarta ,yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Pertama Indonesia tahun 1946,lalu berikutnya menjadi Menteri Kemakmuran tahun berikutnya pula.
Mr.Syafruddin Prtawiranegara ketika masih menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sering melakukan kunjungan keberbagai daerah untuk mendorong tumbuh berkembangnya perekonomian rakyat yang masih sangat parah dampak blokade yang dilakukan rejim Kolonial Belanda yang hendak memulihkan kekuasaannya kembali di Indonesia.Berbagai provokasi dilakukan Belanda untuk di jadikan”casus belli”sebagai alasan bagi invasinya ke berbagai wilayah Indonesia,yang oleh negeeri kincir angin itu disebutnya”aksi polisional”.
Karenanya  para bapak bangsa dengan sanagat lugas dengan berbagai strategi politik yang memang mereka miliki itu beberapa kali berhasil” menyeret” Belanda kemeja perundingan ,meskipun sering pula pemerintah  Belanda mencoba mengingkarinya dengan berbagai aksi militernya keberbagai wilayah Indonesia.Dalam mkonteks ini Mr.Syaruddin Prawiranegara ,sebagai pejuang,politikus dan muslim yang taat kepada agamanya hasil didikan ayahnya bernama Arsyad dan ibunya Nuraini yang berasal dari Priyayi ,dan berasal dari leluhurnya berasal dari Minangkabau, Sumatera barat.
Syafruddin mulai mengenyam pendidikan formal dari sekolah rendah Europeesche Lagere School(ELS) di Seranag tahun 1924,lalu pindah ke Ngawi mengikuti tugas orang tuanya dan usai ELS ia melanjutkan pendidikannya dengan memasuki sekolah lanjutan pertama di Madiun,MULO(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).Kemudian beliau melanjutkan studinya ke Algemeene Middelbare  School(AMS) bagian A di Bandung.Pada tahun 1934  melanjutkan studinya ke Recht Hoge School(sekolah Tinggi hukum)di Jakarta,dan Syafruddin Prawiranegara berhasil meraih gelar akademiknya ,Meester in de Rechten(Mr) bulan September tahun 1939 sehingga sejak saat itu pula gelar” Mr ” senantiasa terpatri melekat  di depan namanya.
Kemudian beliau bekerja sebagai salah seorang anggota Perkumpulan Radio  Ketimuran,dan setahun kemudian ia diterima sebagai pegawai di Kementerian Keuangan dan ditempatkan pada bahagian Kantor Inspeksi Pajak Kediri. Lalu dipindahkan ke Bandung sampai Indonesia diprolklamirkan kemerdekaaannya tanggal 17 Agustus 1945. Karir politiknya mulai terlihat ketika Indonesia dikuasai Jepang,karena sejak saat itu pula beliau mulai sering mendiskusikan masa depan bangsa dan tanah air Indonesia.
Untuk menyalurkannya,maka Syafruddin bergabung dengan Masyumi(Majlis Syura Muslimin Indonesia)dan menjadi salah seorang tokoh dalam partai politik yang meraih suara terbanyak dalam pemilu pertama Indonesia tahun 1955 itu.Karena wawasan kebangsaannya yang luas,maka beliau juga di percayakan untuk menjabat sebagai pimpinan Sekretariat Komite Nasional Indonesia(KNI)tanggal 24 Agustus 1945 di Keredenan Priangan dan pada bulan berikutnya ia menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat(KNIP).
Karir poloitiknya semakin meningkat,maka Syafruddin Prawiranegara menjadi Menteri Muda Keuangan dalam Kabinet Syahrir ke 2 yang di bentuk pada tanggal 3 Maret 1946 .Selanjutnya beliau menjabat Menteri Keuangan dalam Kabinet Syahrir ke 3  yang di bentuk tanggal 2 Oktober 1946.Kemudian pada masa inilah Syafruddin menyampaikan gagasannya kepada Wapres,Muhammad Hatta agar Indonesia mencetak mata uangnya sendiri untuk mengaganti uang kolonial  Belanda dan Jepang,sehingga dicetak uang Indonesia pertama yang dikenal dengan ORI itu.Sejak tanggal 30 Oktober tahun 1946,ORI mulai secara resmi dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah.
Oleh karena keahliannya dalam bidang keuangan,maka dalam Kabinet Hatta I (29 Januari 1948-4 Agustus 1949) Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai Menteri Kemakmuran,yang sering mengunjungi berbagai daerah di Indonesia.Ketika beliau berada di Pulau Sumatra,terdengar kabar bahwa Yogyakarta beserta Presiden,Wakil Presiden dan anggota kabinetnya sudah ditangkap oleh Belanda menyusul angresi militernya yang ke 2 tanggal 19 Desember 1948. Sebagai politikus ulung cepat menyadari apa dampaknya bagi Indonesia,sekiranya pemimpin dan wilayahnya seluruhnya sudah dikuasai Belanda.Ini berati Indonesia sudah lenyap,karena berbagai unsur -unsur pokok sebuah negara ,seperti pemerintahnya  yang berdaulat ,wilayahnya,dan rakyatnya sudah sirna.Semuanya sudah dikuasai oleh Belanda.
Dalam hal ini dengan sangat darurat,beliau berinisiatif untuk membentuk sebuah pemerintahan darurat republik Indonesia(PDRI) mulai 22 Desember 1948 yang mulanya berpusat di Halaban Payakumbuh,dan beliau menjadi Presiden PDRI.Pusat pemerintahannya bergerak dinamis dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menghindari sergapan Belanda,yang selalu ingin melenyapkan PDRI.Teraakhir sekali pusat PDRI berada di Banda Aceh,karena Aceh merupakan wilayah yang merdeka dan berdaulat penuh yang tidak mampu dikuasai oleh belanda.Dari sinilah kemudian Mr.Syafruddin Prawiranegara yang lebih layak disebut juga sebagai Presiden NKRI ke 2 itu mengendalikan pemerintahan dalam melawan Belanda.Dan PDRI berakhir tanggal 13 Juli tahun 1949  menyusul penyerahan kekuasaanya kepada Sukarno di Yoyakarta ,pasca Belanda mengembalikan Sukarno dan kabinetnya kembali ke Yoyakarta. Dalam konteks inilah,tidak bisa dianggap enteng peranagan Aceh dan Yogyakarta dalam menyelamatkan NKRI,karenanya semestinya kedua wilayah tersebut yang bergabung dengan NKRI bukan konsekuwensi dari KMB.,perlu dihormati berbagai keistimewaannya yang tidak dimiliki oleh wilayah Indonesia lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar