Minggu, 08 Januari 2012

Suaro Hati - Bos Besar dan Ketua Besar


 Sabtu, 7 Januari 2012

SIDANG kasus Muhammad Nazaruddin, terdakwa dalam perkara suap Wisma Atlet, terus menyita perhatian publik. Terutama lantaran kasus itu masih diselimuti banyak kegelapan dan misteri. Salah satunya menyangkut siapakah tokoh yang disebut bos besar dan ketua besar.

Istilah bos besar dan ketua besar mulanya dilontarkan Nazaruddin, tapi kemudian tenggelam. Sebutan itu kembali menjadi perbincangan publik karena saksi Mindo Rosalina Manulang berjanji mengungkapnya pada sidang Nazaruddin, Rabu (4/1). Namun, sidang itu ditunda karena terdakwa sakit.

Sebutan itu memang termuat dalam salinan berita acara pemeriksaan (BAP) Mindo Rosalina Manulang. Mindo sendiri telah divonis 2,5 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta, September lalu.

Dalam BAP itu terungkap adanya percakapan via Blackberry Messenger antara Mindo dan Angelina Sondakh, salah satu tokoh Partai Demokrat yang kerap disebut-sebut dalam kasus suap Wisma Atlet. Kepada pers, Mindo enggan mengungkap siapa tokoh yang disebut bos besar dan ketua besar, tapi berjanji akan membuka semuanya pada sidang lanjutan, pekan depan.

Nazaruddin sendiri menegaskan yang disebut bos besar tidak lain ialah Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. Ketua besar sebutan lain buat Ketua Badan Anggaran DPR, Melchias Mekeng, politikus asal Partai Golkar.

Mereka yang namanya dituding terkait dengan sebutan bos besar dan ketua besar jelas membantah mentah-mentah. Mekeng, misalnya, menyebut tudingan Nazaruddin itu bisa menjadi fitnah. Sebaliknya Anas berulang kali menyatakan tudingan Nazaruddin sekadar halusinasi.

Kasus Nazaruddin merupakan kasus megakorupsi, melibatkan jumlah yang fantastis, yaitu Rp6 triliun. Itu jumlah yang hanya bisa digarong dengan cara-cara mafia. Perampokan uang negara itu pun dilakukan dengan menggunakan kata-kata sandi seperti 'apel malang' atau 'apel washington' yang merujuk kepada rupiah dan dolar Amerika, serta sebutan 'bos besar' dan 'ketua besar' seperti biasa dipakai organisasi kejahatan mafia.

Bila di Italia ada mafia Sisilia, di negeri ini layak dicurigai adanya mafia Senayan, yang berwenang mengesahkan dan sekaligus menyiasati dan merampok anggaran negara.

KPK harus berani dan mampu mengungkap siapa bos besar dan ketua besar itu. Bila tidak, kasus Nazaruddin memang sengaja digiring ke ruang kegelapan dan kejanggalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar